Jumat, 03 Januari 2014

Siang itu aku baru saja pulang dari kampus, menyelesaikan administrasi melajutkan kuliah lagi ke jenjang S1, makan lalu pulang ke kontrakan istirahat tidur-tiduran dikamar sambil twitteran, tiba tiba masuk satu pesan BBM dari jeff teman satu kampung yang sama-sama merantau ke jogja, kita tinggal disatu kontrakan, siang itu jeff dikantornya sedang bekerja,begini isi BBM "Just Info, malam ini aku ke surabaya, besok nanjak arjuno bareng rendy, ayo kalo mau ikut #Tripdadakan" dari jeff Membaca isi BM itu aku langsung tersentak suasana berubah menjadi galau, baru saja di twitter membahas trip sama teman lain untuk tak ngetrip dulu karna uang limit, baru selesai registrasi untuk kuliah hahahaha. Tapi ajakan si jeff merubah segalanya, aku dan jeff memang jarang sekali berencana untuk ngetrip perjalanan yang kita lakukan selalu dadakan, dengan uang yang limit itu aku putuskan ikut jeff ke Surabaya karena emang lagi kangen dengan gunung dan teman teman yang ada disurabaya, kita rencananya akan mendaki Gunung Arjuno, Gunung Arjuno  dengan ketinggian 3.339 m dpl dapat didaki dan berbagai arah, arah Utara (Tretes) melalui Gunung Welirang,dan arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta), dan arah selatan (Karangploso), juga dari Sumberawan, Singosari. Desa Sumberawan adalah desa pusat kerajinan tangan di kecamatan Singosari, Malang dan merupakan desa terakhir untuk mempersiapkan diri sebelum memulai pendakian. Bisa juga melewati Purwosari yang lebih gampang dilewati, karena hanya setengah jam dari jalan raya dan langsung sampai di Tambakwatu, sebelumnya aku pernah dengar beberapa mitos tentang gunung ini dari mas bayu seorang pendaki senior yang aku kenal ketika kami sama sama mandaki gunung lawu beberapa waktu lalu, mas bayu bercerita tentang Alas Lali Jiwo saya merinding pas mendengar cerita itu dia mengatakan ada seorang temannya yang sampai sekarang lupa ingatan setelah melewati Alas Lali Jiwo entah apa sebabnya tapi ada mitos yang mengatakan begini, Alas Lali Jiwo atau berarti hutan lupa diri. Menurut kepercayaan setempat, orang yang mempunyai niat jahat, jika melewati daerah tersebut akan tersesat dan lupa diri. Menurut ahli spiritual, daerah tersebut memang banyak dihuni oleh para jin. Para pendaki kadang mendengar suara gamelan dan kemudian menghilang. Konon pendaki tersebut dibawa untuk dikawinkan dengan bangsa jin daerah tersebut. Menurut mitos, para pendaki juga tidak boleh melanggar beberapa larangan, seperti pendaki tidak boleh berjumlah ganjil, tidak boleh memakai baju merah (warna merah dominan), dan tidak merusak situs-situs petilasan Kerajaan Majapahit yang tersebar di area pendakian Gunung Arjuna tersebut. Ada perasaan takut tapi kan aku tak berniat macam macam hanya ingin berjalan menikmati keindahan alam menuju pucak arjuno.
Packingan pun telah selesai, malam itu aku dan jeff pun segera berangkat menuju Surabaya dari jogja kami naik bus perjalanan sekitar 8 jam, Pagi setiba di Surabaya kami di jemput oleh Rendy dan Pandu di Terminal Bungur, mereka berdua ini sudah seperti saudara sendiri, pertama kali bertemu waktu kita sama sama mendaki gunung semeru, setelah itu kita sering jalan bareng dan mereka sering mengunjungi aku dan jeff di jogja, kini giliranaku dan jeff yang mengunjungi mereka di Surabaya, biasanya kalau kumpul selalu pecah canda dan tawa kami, apa saja bisa jadi bahan ketawaan maklum otak kita pas ketemu brkuang jadi ¼ atau kurang, hahahhhha. Hari sudah siang sambil berjalan menuju kost rendy kita juga makan siang, disela sela santap siang kita ngobrol mungkin alangkah lebih seru lagi kalau kita mengajak bebrapa teman lagi untuk pendakian ini, rendy mulai menebar racun, orang yang pertama ditelpon rendy adalah Anya’, Anya ini seorang pendaki wanita yang seksi, hihiii pernah sekali bertemu di Ranukumbolo Semeru waktu itu juga dia bareng sama rendy, “halo,halo Nyak, ini rendy… ono tamu dari jogja, pakle karo jeff, mereka mau naek arjuno, ayo ikut kita” itu yang kira-kira di sampaikan rendy ke anya melalui telpon, entah apa yang dijawab sama si anya aku puntak tau, tapi katanya rendy dia akan menemui kita nanti d ikosnya rendy. Makan siang pun selesai kita bergegeas menuju kosnya rendy, istirahat ya meluruskan pinggang, tak lama kemudian muncul lah anya’ , semula anya tidak berniat untuk ikut mendaki bersama kita, namun berubah pikiran berkat peracun peracun ulung yang ada di sekitar dia, anya’ pun tak sanggup menolak ajakan kami, lalu ia putusakan untuk ikut horeeeeeh…. Tante anya akhirnya ikut.. yaa selain alam yang indah, pendakian kali ini juga ada dede’ anya yang seger dipandang.. heheheheeheheh..
Masih ada satu orang lagi calon korban yang sedang menuju TKP yaitu Radhi temen kita anak asal Aceh yang sedang kuliah di Surabaya, Radhi pun tiba racun pun bertebaran, anya yang sebelumnya telah terkena racun serasa tak rela kalau sendirian menikmati racun itu, jadi radhi abis-abisan di racun sama anya, hahaaah, bermacam kata kata bujuk rayu keluar semua diruangan kamar kos rendy 3x3Meter itu si radhi menghadapi racun dari kami, radhi galau, bingung, anatar iya dan tidak berkali kali terucap dari mulutnya, sebab dia juga sudah punya janji bersama teman-teman kampusnya untuk mendaki semeru sore itu juga, tapi racun Arjuno tak mampu dia tolak akhirnya memutuskan untuk ikut kita, hahahahah, sungguh berdosa besar kami semua yang mengubah haluan radhi dari semeru ke arjuno, tapi memang temanya hari itu adalah racun ganas.
Packing siap, anggota ready perjalanan menuju Basecamp pendakian pun dimulai, kali ini kita menuju Pasuruan kita akan mendaki Arjuno via Purwosari, dari Surabaya perjalanan ke tempat itu sekitar 2jam, perjalanan kita mulai sore hari sekitar pukul 16.00 WIB dan tiba di Basecamp sekitar pukul 18.00, sampai di basecamp kita istirahat, makan, sholat (bagi yang menjalankan) lalu registrasi/izin pendakian. Waktu itu kira-kira pukul 21.00WIB kita mulai pendakian, Bismillah dan lakah pendakian pun dimulai, berjalan menyusuri gelapnya hutan jalur pendkian Gunung Arjuno, langkah demi langkah pelan beriringan kami berenam menapaki jalur itu, sesekali bercanda dan sekedar mengobrol membuang sepi dan tertawa. Entah apa yang ada dipikiranku aku terus saja terbayang dengan Alas Lali Jiwo masih terbayang dengan cerita mas bayu waktu itu, aku berusaha membuang jauh jauh pikiran itu, aahh sudahlah kataku dalam hati, lanjut jalan lanjut jalan. Kami terus berjalan, kadang sesekali istirahat melepas lelah, minum meroko atau sekedar ngobrol, melihat pemandangan gelap dan ribunnya hutan memang suasana sedikit horror aku rasa kadang sesekali merinding disko, mungkin juga dirasakan oleh teman-teman yang lain, tapi cukup diraskan saja bukan sesuatu yang seru untuk dibahas diperjalanan itu. Malam itu kita rencana kan berjalan 4 jam saja sesampainya dimanapun, karna waktu di basecamp tadi sempat bertanya berapa jarak yang bakal kita tempuh untuk sampai dipuncak arjuno, salah satu warga menjawab sekitar 7 atau 8 jam perjalanan kalian sudah sampai, karna memang tak satupun diantara kita pernah mendaki melalui jalur ini, si anya Cuma pernah turun lewat jalur ini, begitupun rendy yang sudah pernah sampai puncak arjuno tapi bukan melalui jalur ini. Akhirnya kami pun sampai di pos Eyang Semar ya kira-kira perjalanan kami sudah 4jam-an, kami memutuskan untuk istirahat dan bangun tenda disini, karna kami piker perjalanan Cuma tinggal 3 jam lagi bisa di lanjutkan besok pagi saja, sejenak kami bersama menghabiskan malam di pos Eyang Semar, dinginnya alam pecah dengan canda tawa kami, kopi yang kami sedu, kepulan asap rokok menjadi bumbu penikmat diantara gelap malam yang kami lalui kala itu, alam memang membuat keakraban itu terasa nyata, lalu alam mimpi membuat kami terlelap hingga pagi yang indah menyapa kami.


 
Sunrise Dari Pos Eyang Semar 

Aku bangun tergesa gesa pagi itu karena kebelet kencing, tanpa sadar menginjak kepalanya pandu saat keluar dari tenda, hahahaha tak sengaja kawan.
Selamat pagi smesta, setelah selesai sarapan kami akan melanjutkan kemabali perjalanan, beranjak dari pos Enyang Semar kami berjalan naik tak lama kemuadian terlihat anak tangga kecil kecil, terus berjalan naik kami sampai di pos Eyang Mangkuturomo disisi kirinya terdapat sebuah pondok yang besar tempat biasa para pendaki istirahat dan menginap, di pos ini biasanya basis para pendaki menginap, selain ada pondok yang besar juga tersedia mata air, jadi memang tempat yang sangat strategis untuk menginap sayangnya kami tak mengetahuin pos ini sebelumnya. Suasana yang cerah, angin yang sepoi sepoi waktu itu sembari memberhentikan langkah kami untuk beristirahat, puncak Arjuno terlihat jelas dari sini, benar saja perkiraan kami mungkin sekitar 3 jam lagi sampai di puncak, hawa malas keluar dari mulut pandu bageng, “aku ga ikut muncak ya” pandu berbicara dan aku pun langsung menyahut, “iya aku juga” sontak arah padanng rendy, jeff, radhi dan anya melihat kearah kami berdua, kami pun tertawa, entah hawa malas dari mana yang muncul pada waktu itu rasanya malas sekali melanjutkan perjalanan, lalu si jeff berbicara “ entah kapan lagi kita punya kesempatan mendaki arjuno, masa sudah sampai disni malah ga dilanjut ” bener juga dalam hati aku menjawab, hehehehe, tapi hawa malas masih mendominasi, mungkin sekitar 30 menitan kita berhenti disitu, dan akhirnya dengan kesepakatan tim kita lanjut perjalanan lagi, kita hanya membawa bekal seadanya, carrier, tenda kita tinggal di pondok, karna perkiraan perjalanan Cuma 3 jam dan puncak yang sudah kelihata, kami pun berjalan beranjak dari pos Eyang Mankuturomo.


 
Mangkuturomo

Pandu yang terlihat malas malasan berjalan dan aku juga, kami berjalan paling belakang dan masih bisa tertawa.
 
hahahaha, duet maut jalan paling belakang 

Satu punggungan bukit telah lewat, tapi tanda tanda puncak belum terlihat, mungkin dibalik punggungan bukit depan aku berkata dalam hati, terlihat beberapa tim pendaki lain juga melewati jalur ini untuk turun, ada yang masih ditenda menunggu teman-temannya yang lain pada turun, beberapa punggungan punggungan bukit  sudah terlewati dan kami bertemu dengan tim bang sulaiman, mereka sedang mengantar tamu, entah ada berapa orang tim bang suliaman ini karena sebagian teman-temannya sudah berjalan duluan, yang tersisa dibelakang Cuma bertiga dengan carrier yang amat sangat besar, mungkin isinya perlengkapan dan logistic tamu yang mereka bawa, ya duduk mengobrol saling kenalan diarea itu juga ada tim lain yang ngecamp, bang suliaman ini sakti madraguna, disela sela orbrolan singkat kami salah satu temannya bercerita kalau bang sulaiman ini pernah jatuh dari lantai 3 kampusnya, tapi masih sehat walafiat, ini oaring tebuat dari apa??? Hahahahahah, serentak kami tertawa terbahak bahak, aneh bin ajaib bang suliaman ini, lalu aku betranya kepad salah seorang teman bang suliaman, “mas kira kira untuk sampai dipuncak berapa lama lagi, aku bertanya”, mas itu pun menjawab, “jalan aja terus tar kalau sudah ada di tempat yang paling tinggi brarti itulah puncaknya”, aku diam dan tak mau melanjutkan pertanyaan lagi.

Teman Bang Sulaiman 


 

Foto Bareng Tim Bang Sulaiman 
Beberapa saat kemudaian kami pun melanjutkan perjalanan, mukanya pandu terlihat pucat, memang beberapa kali dalam perjalanan pandu meminta untuk turun tapi niat itu selalu batal, kita bernyanyi nyanyi di jalur itu supaya tetap bersemangat untk meneruskan perjalanan sudah lebih dari 3 jam kami berjalan, bukit bukit sudah telewati tapi tanda tanda sampai di puncak belum juga ada, sampai akhirnya bertemu pendaki yang berjalan turun, aku bertanya lagi, mas dari sini ke puncak berapa jauh lagi, sambil berjalan dia menjawab “ohh, masih jauh, kalau jalan normal tanpa berhenti, kira-kira magrib atau lebih baru sampai” waktu itu  sekitar jam 3 sore, langsung rontok semangat mendengar jawaban itu, pandu seperti tak berdarah lagi, hahahahaha. Aku berpikir apa iya di lanjut perjalanan ini, semua logistic, tenda dan jaket tinggal di pos Eyang Mangkuturomo, kita hanya punya air yang sisa 1 botol untuk orang 6 mungkin kalau lapar saja bisa di tahan tapi aku mungkin tak sanggup melawan dingin. Beberapa kali rapat pleno tim di gelar tapi tak menemukan keputusan, kita masih berjalan maju pelan pelan, ini pendakian tergalauku, masih berpikir untuk lanjut atau tidak, rendy dan jeff berjalan didepan duluan, kami berempat masih dibelakang dengan keragu raguan, akhirnya kami terpecah menjadi 3 bagian, rendy dan jeff di depan, aku dan anya’ di tengah sementara pandu dan radhi dibelakang sudah mulai turun, aku dan anya’ ragu ragu mau naik menyusul rendy dan jeff atau turun ikut pandu dan radhi, aahhh, galauuu. Waktu itu tak disangka sinyal HP ada, anya dapat telpon dari temannya, entah apa yang mereka bicarakan aku tak tau, aku masih duduk manis di rerumputan berpikir mau lanjut atau turun, lalu anya bertanya “ bang ini kita mau naik atau turun?” dengan beberapa pertimbangan akhirnya aku memutuskan untuk turun dan anya’ pun setuju, lalui ia member kabar kepada rendy melalui telpon bahwa kami turun, rendy dan jeff pun akhirnya menyusul turun, mungkin memilih turun bukan pilihan terbaik waktu itu tapi pilihan paling logis “menurutku” mengingat kondisi dan perlengkapan yang ada, bisa saja terus berjalan dan berharap banyak pendaki lain yang kebetulan ngecamp diatas sana atau menumpang tenda di tim bang sulaiman yang sebagian sudah sampai, tapi rasanya itu bukan jadi jalan keluar di alam bebas.
Kami pun turun, di perjalanan turun kami bertemu lagi dengan bang sulaiman dan kedua temannya, meraka baik sekali, tau kami belum makan, mereka memberi sebungkus wafer yang langsung kami sikat, karna memang sangat lapar sekali, sangat sangat berterimakasih kepada bang sulaiman dan kedua temannya ini, kami berpisah mereka melanjutkan perjalanan naik,

dan kami pun berjalan turun dan menginap 1 malam di pondok pos Eyang Manguturomo dan pandu gede bangeng pun akhirnya bisa tertawa lagi setelah tadi mukanya pucat, hahahahaha, obrolan tentang beberapa hal membuat kami punya carita malam itu, memang sebuah keakraban yang romantis, pagi hari pun tiba, pagi ini terjadi kehebohan hahahaha, jadi kemarin sore ketika anya terima telpon ternya anya menyampaikan pada temannya bahwa kita terpisah dan tak ada logistic, belum selesai pembicaraan telpon terputus, temanya anya ini panic, lalu memberitahu beberapa tim SAR tentang keadan kami, waktu itu tim kami memang terpisah tapi jaraknya Cuma beberapa ratus meter saja, pagi itu HP anya di brondong sms dari tim SAR menanyakan keadaan kami, bahkan ada tim yang sudah siap mau menyusul kami, beruntung kami cepat mengkonfirmasi kalau keadaan kami baik baik saja tak kurang satu apapun, candaan kami untung belum masuk media berita ini kalau ga gawat juga, hahahaha, hari sudah mulai siang kami pun bersiap untuk turun, diperjalanan turun kami bertemu bapak-bapak yang memang tinggal di jalur itu, dia membiri tahu kami untuk melihat sebuah pohon cabang lima yang disebutnya sebagai pohon pandawa, kami pun mampir untuk melihat.
karna memang serah jalan turun, berjalan turun sambil berfoto foto, tak terasa kami pun sudah sampai di basecamp, aku masih penasaran dengan alas lali jiwo, apakah kemarin itu sudah sampai atau belum di hutan itu, lalu aku bertanya pada rendy, “ren, kmarin kalian sudah sampe alas lali jiwo belum?” katanya rendy sudah hampir memasuki hutan itu. Kemarin aku memutuskan untuk turun berarti tepat sebelum masuk alas lali jiwo, memang nasib mungkin aku tak menginjakkan kaki di alas lali jiwo, tah kenapa seperti menjadi momok, setelah dengar cerita mitos tentang hutan itu. Perjalan pun kami lanjut mnuju Surabaya, singgah sebentar ditengah jalan untuk makan dan mengantarkan radhi keterminal karna mau kemalang dan meyusul teman-temanya mendaki semeru. Dan kami pun lanjut ke Surabaya, malam itu juga aku dan jeff akan pulang ke jogja, tapi kami sempatkan dulu untuk jalan-jalan ke jembatan Suramadu menyebrang ke pulau Madura, makan sop ceker jancuk yang diajak rendy dan sukses membuat perut mules pedasnya minta maaf. Memang ada terasa yang kurang ketika mendaki tak mencapai puncak, tapi tak ada perasaan kecewa karena beberapahal dan pertimbangan jika nanti ada waktu lagi aku mau mencoba lagi pendakian gunung arjuno itu. 

 
Mampir makan ayam goreng + Es beras kencur 

 
Makan malam sop ceker djancuk, pedasnya ga sopan 

 
Angin kencang di jembatan SURAMADU






Tim #PNS Pandu, Jeff, Rendy, Anya', Oel dan Radhi







0 komentar: