Siang itu aku baru saja pulang dari kampus,
menyelesaikan administrasi melajutkan kuliah lagi ke jenjang S1, makan lalu
pulang ke kontrakan istirahat tidur-tiduran dikamar sambil twitteran, tiba tiba
masuk satu pesan BBM dari jeff teman satu kampung yang sama-sama merantau ke
jogja, kita tinggal disatu kontrakan, siang itu jeff dikantornya sedang
bekerja,begini isi BBM "Just Info, malam ini aku ke surabaya, besok nanjak arjuno bareng rendy, ayo kalo mau ikut #Tripdadakan" dari jeff Membaca isi BM itu aku
langsung tersentak suasana berubah menjadi galau, baru saja di twitter membahas
trip sama teman lain untuk tak ngetrip dulu karna uang limit, baru selesai
registrasi untuk kuliah hahahaha. Tapi ajakan si jeff merubah segalanya, aku
dan jeff memang jarang sekali berencana untuk ngetrip perjalanan yang kita
lakukan selalu dadakan, dengan uang yang limit itu aku putuskan ikut jeff ke
Surabaya karena emang lagi kangen dengan gunung dan teman teman yang ada
disurabaya, kita rencananya akan mendaki Gunung Arjuno, Gunung Arjuno dengan ketinggian 3.339 m dpl dapat didaki
dan berbagai arah, arah Utara (Tretes) melalui Gunung Welirang,dan arah Timur
(Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta), dan arah selatan (Karangploso),
juga dari Sumberawan, Singosari. Desa Sumberawan adalah desa pusat kerajinan
tangan di kecamatan Singosari, Malang dan merupakan desa terakhir untuk
mempersiapkan diri sebelum memulai pendakian. Bisa juga melewati Purwosari yang
lebih gampang dilewati, karena hanya setengah jam dari jalan raya dan langsung
sampai di Tambakwatu, sebelumnya aku pernah dengar beberapa mitos tentang
gunung ini dari mas bayu seorang pendaki senior yang aku kenal ketika kami sama
sama mandaki gunung lawu beberapa waktu lalu, mas bayu bercerita tentang Alas
Lali Jiwo saya merinding pas mendengar cerita itu dia mengatakan ada seorang
temannya yang sampai sekarang lupa ingatan setelah melewati Alas Lali Jiwo
entah apa sebabnya tapi ada mitos yang mengatakan begini, Alas Lali Jiwo atau
berarti hutan lupa diri. Menurut kepercayaan setempat, orang yang mempunyai
niat jahat, jika melewati daerah tersebut akan tersesat dan lupa diri. Menurut
ahli spiritual, daerah tersebut memang banyak dihuni oleh para jin. Para
pendaki kadang mendengar suara gamelan dan kemudian menghilang. Konon pendaki
tersebut dibawa untuk dikawinkan dengan bangsa jin daerah tersebut. Menurut
mitos, para pendaki juga tidak boleh melanggar beberapa larangan, seperti
pendaki tidak boleh berjumlah ganjil, tidak boleh memakai baju merah (warna
merah dominan), dan tidak merusak situs-situs petilasan Kerajaan Majapahit yang
tersebar di area pendakian Gunung Arjuna tersebut. Ada perasaan takut tapi kan
aku tak berniat macam macam hanya ingin berjalan menikmati keindahan alam
menuju pucak arjuno.
Packingan pun telah
selesai, malam itu aku dan jeff pun segera berangkat menuju Surabaya dari jogja
kami naik bus perjalanan sekitar 8 jam, Pagi setiba di Surabaya kami di jemput
oleh Rendy dan Pandu di Terminal Bungur, mereka berdua ini sudah seperti
saudara sendiri, pertama kali bertemu waktu kita sama sama mendaki gunung
semeru, setelah itu kita sering jalan bareng dan mereka sering mengunjungi aku
dan jeff di jogja, kini giliranaku dan jeff yang mengunjungi mereka di Surabaya,
biasanya kalau kumpul selalu pecah canda dan tawa kami, apa saja bisa jadi
bahan ketawaan maklum otak kita pas ketemu brkuang jadi ¼ atau kurang,
hahahhhha. Hari sudah siang sambil berjalan menuju kost rendy kita juga makan
siang, disela sela santap siang kita ngobrol mungkin alangkah lebih seru lagi
kalau kita mengajak bebrapa teman lagi untuk pendakian ini, rendy mulai menebar
racun, orang yang pertama ditelpon rendy adalah Anya’, Anya ini seorang pendaki
wanita yang seksi, hihiii pernah sekali bertemu di Ranukumbolo Semeru waktu itu
juga dia bareng sama rendy, “halo,halo Nyak, ini rendy… ono tamu dari jogja,
pakle karo jeff, mereka mau naek arjuno, ayo ikut kita” itu yang kira-kira di
sampaikan rendy ke anya melalui telpon, entah apa yang dijawab sama si anya aku
puntak tau, tapi katanya rendy dia akan menemui kita nanti d ikosnya rendy.
Makan siang pun selesai kita bergegeas menuju kosnya rendy, istirahat ya
meluruskan pinggang, tak lama kemudian muncul lah anya’ , semula anya tidak
berniat untuk ikut mendaki bersama kita, namun berubah pikiran berkat peracun
peracun ulung yang ada di sekitar dia, anya’ pun tak sanggup menolak ajakan
kami, lalu ia putusakan untuk ikut horeeeeeh…. Tante anya akhirnya ikut.. yaa
selain alam yang indah, pendakian kali ini juga ada dede’ anya yang seger
dipandang.. heheheheeheheh..
Masih ada satu orang
lagi calon korban yang sedang menuju TKP yaitu Radhi temen kita anak asal Aceh
yang sedang kuliah di Surabaya, Radhi pun tiba racun pun bertebaran, anya yang
sebelumnya telah terkena racun serasa tak rela kalau sendirian menikmati racun
itu, jadi radhi abis-abisan di racun sama anya, hahaaah, bermacam kata kata
bujuk rayu keluar semua diruangan kamar kos rendy 3x3Meter itu si radhi
menghadapi racun dari kami, radhi galau, bingung, anatar iya dan tidak berkali
kali terucap dari mulutnya, sebab dia juga sudah punya janji bersama
teman-teman kampusnya untuk mendaki semeru sore itu juga, tapi racun Arjuno tak
mampu dia tolak akhirnya memutuskan untuk ikut kita, hahahahah, sungguh berdosa
besar kami semua yang mengubah haluan radhi dari semeru ke arjuno, tapi memang
temanya hari itu adalah racun ganas.
Packing siap, anggota
ready perjalanan menuju Basecamp pendakian pun dimulai, kali ini kita menuju
Pasuruan kita akan mendaki Arjuno via Purwosari, dari Surabaya perjalanan ke
tempat itu sekitar 2jam, perjalanan kita mulai sore hari sekitar pukul 16.00
WIB dan tiba di Basecamp sekitar pukul 18.00, sampai di basecamp kita istirahat,
makan, sholat (bagi yang menjalankan) lalu registrasi/izin pendakian. Waktu itu
kira-kira pukul 21.00WIB kita mulai pendakian, Bismillah dan lakah pendakian
pun dimulai, berjalan menyusuri gelapnya hutan jalur pendkian Gunung Arjuno,
langkah demi langkah pelan beriringan kami berenam menapaki jalur itu, sesekali
bercanda dan sekedar mengobrol membuang sepi dan tertawa. Entah apa yang ada
dipikiranku aku terus saja terbayang dengan Alas Lali Jiwo masih terbayang
dengan cerita mas bayu waktu itu, aku berusaha membuang jauh jauh pikiran itu,
aahh sudahlah kataku dalam hati, lanjut jalan lanjut jalan. Kami terus
berjalan, kadang sesekali istirahat melepas lelah, minum meroko atau sekedar
ngobrol, melihat pemandangan gelap dan ribunnya hutan memang suasana sedikit
horror aku rasa kadang sesekali merinding disko, mungkin juga dirasakan oleh
teman-teman yang lain, tapi cukup diraskan saja bukan sesuatu yang seru untuk
dibahas diperjalanan itu. Malam itu kita rencana kan berjalan 4 jam saja
sesampainya dimanapun, karna waktu di basecamp tadi sempat bertanya berapa
jarak yang bakal kita tempuh untuk sampai dipuncak arjuno, salah satu warga
menjawab sekitar 7 atau 8 jam perjalanan kalian sudah sampai, karna memang tak
satupun diantara kita pernah mendaki melalui jalur ini, si anya Cuma pernah
turun lewat jalur ini, begitupun rendy yang sudah pernah sampai puncak arjuno
tapi bukan melalui jalur ini. Akhirnya kami pun sampai di pos Eyang Semar ya
kira-kira perjalanan kami sudah 4jam-an, kami memutuskan untuk istirahat dan
bangun tenda disini, karna kami piker perjalanan Cuma tinggal 3 jam lagi bisa
di lanjutkan besok pagi saja, sejenak kami bersama menghabiskan malam di pos
Eyang Semar, dinginnya alam pecah dengan canda tawa kami, kopi yang kami sedu,
kepulan asap rokok menjadi bumbu penikmat diantara gelap malam yang kami lalui
kala itu, alam memang membuat keakraban itu terasa nyata, lalu alam mimpi
membuat kami terlelap hingga pagi yang indah menyapa kami.
Aku bangun tergesa
gesa pagi itu karena kebelet kencing, tanpa sadar menginjak kepalanya pandu
saat keluar dari tenda, hahahaha tak sengaja kawan.
Sunrise Dari Pos Eyang Semar
Selamat pagi smesta,
setelah selesai sarapan kami akan melanjutkan kemabali perjalanan, beranjak
dari pos Enyang Semar kami berjalan naik tak lama kemuadian terlihat anak
tangga kecil kecil, terus berjalan naik kami sampai di pos Eyang Mangkuturomo
disisi kirinya terdapat sebuah pondok yang besar tempat biasa para pendaki
istirahat dan menginap, di pos ini biasanya basis para pendaki menginap, selain
ada pondok yang besar juga tersedia mata air, jadi memang tempat yang sangat
strategis untuk menginap sayangnya kami tak mengetahuin pos ini sebelumnya.
Suasana yang cerah, angin yang sepoi sepoi waktu itu sembari memberhentikan
langkah kami untuk beristirahat, puncak Arjuno terlihat jelas dari sini, benar
saja perkiraan kami mungkin sekitar 3 jam lagi sampai di puncak, hawa malas
keluar dari mulut pandu bageng, “aku ga ikut muncak ya” pandu berbicara dan aku
pun langsung menyahut, “iya aku juga” sontak arah padanng rendy, jeff, radhi
dan anya melihat kearah kami berdua, kami pun tertawa, entah hawa malas dari
mana yang muncul pada waktu itu rasanya malas sekali melanjutkan perjalanan,
lalu si jeff berbicara “ entah kapan lagi kita punya kesempatan mendaki arjuno,
masa sudah sampai disni malah ga dilanjut ” bener juga dalam hati aku menjawab,
hehehehe, tapi hawa malas masih mendominasi, mungkin sekitar 30 menitan kita
berhenti disitu, dan akhirnya dengan kesepakatan tim kita lanjut perjalanan
lagi, kita hanya membawa bekal seadanya, carrier, tenda kita tinggal di pondok,
karna perkiraan perjalanan Cuma 3 jam dan puncak yang sudah kelihata, kami pun
berjalan beranjak dari pos Eyang Mankuturomo.
Pandu yang terlihat malas malasan
berjalan dan aku juga, kami berjalan paling belakang dan masih bisa tertawa.
Satu punggungan bukit telah lewat, tapi tanda tanda puncak belum terlihat,
mungkin dibalik punggungan bukit depan aku berkata dalam hati, terlihat
beberapa tim pendaki lain juga melewati jalur ini untuk turun, ada yang masih
ditenda menunggu teman-temannya yang lain pada turun, beberapa punggungan
punggungan bukit sudah terlewati dan
kami bertemu dengan tim bang sulaiman, mereka sedang mengantar tamu, entah ada
berapa orang tim bang suliaman ini karena sebagian teman-temannya sudah
berjalan duluan, yang tersisa dibelakang Cuma bertiga dengan carrier yang amat
sangat besar, mungkin isinya perlengkapan dan logistic tamu yang mereka bawa,
ya duduk mengobrol saling kenalan diarea itu juga ada tim lain yang ngecamp,
bang suliaman ini sakti madraguna, disela sela orbrolan singkat kami salah satu
temannya bercerita kalau bang sulaiman ini pernah jatuh dari lantai 3
kampusnya, tapi masih sehat walafiat, ini oaring tebuat dari apa???
Hahahahahah, serentak kami tertawa terbahak bahak, aneh bin ajaib bang suliaman
ini, lalu aku betranya kepad salah seorang teman bang suliaman, “mas kira kira
untuk sampai dipuncak berapa lama lagi, aku bertanya”, mas itu pun menjawab,
“jalan aja terus tar kalau sudah ada di tempat yang paling tinggi brarti itulah
puncaknya”, aku diam dan tak mau melanjutkan pertanyaan lagi.
Mangkuturomo
hahahaha, duet maut jalan paling belakang
Teman Bang Sulaiman
Foto Bareng Tim Bang Sulaiman
Beberapa saat kemudaian
kami pun melanjutkan perjalanan, mukanya pandu terlihat pucat, memang beberapa
kali dalam perjalanan pandu meminta untuk turun tapi niat itu selalu batal,
kita bernyanyi nyanyi di jalur itu supaya tetap bersemangat untk meneruskan
perjalanan sudah lebih dari 3 jam kami berjalan, bukit bukit sudah telewati
tapi tanda tanda sampai di puncak belum juga ada, sampai akhirnya bertemu
pendaki yang berjalan turun, aku bertanya lagi, mas dari sini ke puncak berapa
jauh lagi, sambil berjalan dia menjawab “ohh, masih jauh, kalau jalan normal
tanpa berhenti, kira-kira magrib atau lebih baru sampai” waktu itu sekitar jam 3 sore, langsung rontok semangat
mendengar jawaban itu, pandu seperti tak berdarah lagi, hahahahaha. Aku
berpikir apa iya di lanjut perjalanan ini, semua logistic, tenda dan jaket
tinggal di pos Eyang Mangkuturomo, kita hanya punya air yang sisa 1 botol untuk
orang 6 mungkin kalau lapar saja bisa di tahan tapi aku mungkin tak sanggup
melawan dingin. Beberapa kali rapat pleno tim di gelar tapi tak menemukan
keputusan, kita masih berjalan maju pelan pelan, ini pendakian tergalauku,
masih berpikir untuk lanjut atau tidak, rendy dan jeff berjalan didepan duluan,
kami berempat masih dibelakang dengan keragu raguan, akhirnya kami terpecah
menjadi 3 bagian, rendy dan jeff di depan, aku dan anya’ di tengah sementara
pandu dan radhi dibelakang sudah mulai turun, aku dan anya’ ragu ragu mau naik
menyusul rendy dan jeff atau turun ikut pandu dan radhi, aahhh, galauuu. Waktu
itu tak disangka sinyal HP ada, anya dapat telpon dari temannya, entah apa yang
mereka bicarakan aku tak tau, aku masih duduk manis di rerumputan berpikir mau
lanjut atau turun, lalu anya bertanya “ bang ini kita mau naik atau turun?”
dengan beberapa pertimbangan akhirnya aku memutuskan untuk turun dan anya’ pun
setuju, lalui ia member kabar kepada rendy melalui telpon bahwa kami turun,
rendy dan jeff pun akhirnya menyusul turun, mungkin memilih turun bukan pilihan
terbaik waktu itu tapi pilihan paling logis “menurutku” mengingat kondisi dan
perlengkapan yang ada, bisa saja terus berjalan dan berharap banyak pendaki
lain yang kebetulan ngecamp diatas sana atau menumpang tenda di tim bang
sulaiman yang sebagian sudah sampai, tapi rasanya itu bukan jadi jalan keluar
di alam bebas.
Kami pun turun, di
perjalanan turun kami bertemu lagi dengan bang sulaiman dan kedua temannya,
meraka baik sekali, tau kami belum makan, mereka memberi sebungkus wafer yang
langsung kami sikat, karna memang sangat lapar sekali, sangat sangat
berterimakasih kepada bang sulaiman dan kedua temannya ini, kami berpisah
mereka melanjutkan perjalanan naik,
dan kami pun berjalan
turun dan menginap 1 malam di pondok pos Eyang Manguturomo dan pandu gede bangeng
pun akhirnya bisa tertawa lagi setelah tadi mukanya pucat, hahahahaha, obrolan
tentang beberapa hal membuat kami punya carita malam itu, memang sebuah
keakraban yang romantis, pagi hari pun tiba, pagi ini terjadi kehebohan hahahaha,
jadi kemarin sore ketika anya terima telpon ternya anya menyampaikan pada
temannya bahwa kita terpisah dan tak ada logistic, belum selesai pembicaraan
telpon terputus, temanya anya ini panic, lalu memberitahu beberapa tim SAR
tentang keadan kami, waktu itu tim kami memang terpisah tapi jaraknya Cuma beberapa
ratus meter saja, pagi itu HP anya di brondong sms dari tim SAR menanyakan
keadaan kami, bahkan ada tim yang sudah siap mau menyusul kami, beruntung kami
cepat mengkonfirmasi kalau keadaan kami baik baik saja tak kurang satu apapun,
candaan kami untung belum masuk media berita ini kalau ga gawat juga, hahahaha,
hari sudah mulai siang kami pun bersiap untuk turun, diperjalanan turun kami
bertemu bapak-bapak yang memang tinggal di jalur itu, dia membiri tahu kami
untuk melihat sebuah pohon cabang lima yang disebutnya sebagai pohon pandawa,
kami pun mampir untuk melihat.
karna memang serah jalan turun, berjalan turun
sambil berfoto foto, tak terasa kami pun sudah sampai di basecamp, aku masih
penasaran dengan alas lali jiwo, apakah kemarin itu sudah sampai atau belum di hutan
itu, lalu aku bertanya pada rendy, “ren, kmarin kalian sudah sampe alas lali
jiwo belum?” katanya rendy sudah hampir memasuki hutan itu. Kemarin aku
memutuskan untuk turun berarti tepat sebelum masuk alas lali jiwo, memang nasib
mungkin aku tak menginjakkan kaki di alas lali jiwo, tah kenapa seperti menjadi
momok, setelah dengar cerita mitos tentang hutan itu. Perjalan pun kami lanjut
mnuju Surabaya, singgah sebentar ditengah jalan untuk makan dan mengantarkan
radhi keterminal karna mau kemalang dan meyusul teman-temanya mendaki semeru. Dan
kami pun lanjut ke Surabaya, malam itu juga aku dan jeff akan pulang ke jogja,
tapi kami sempatkan dulu untuk jalan-jalan ke jembatan Suramadu menyebrang ke
pulau Madura, makan sop ceker jancuk yang diajak rendy dan sukses membuat perut
mules pedasnya minta maaf. Memang ada terasa yang kurang ketika mendaki tak
mencapai puncak, tapi tak ada perasaan kecewa karena beberapahal dan
pertimbangan jika nanti ada waktu lagi aku mau mencoba lagi pendakian gunung
arjuno itu.
Mampir makan ayam goreng + Es beras kencur
Makan malam sop ceker djancuk, pedasnya ga sopan
Angin kencang di jembatan SURAMADU
Tim #PNS Pandu, Jeff, Rendy, Anya', Oel dan Radhi
0 komentar:
Posting Komentar